Rabu, 16 September 2009

Vitamin C Cegah Penyakit Asam Urat


Vitamin C ternyata tak hanya penting untuk menjaga stamina tubuh. Penelitian terbaru membuktikan para pria dengan tingkat asupan vitamin C lebih tinggi memiliki risiko lebih rendah terserang penyakit asam urat atau gout dibanding yang kurang mengkonsumsi vitamin ini. Gout adalah salah satu bentuk penyakit artritis yang terjadi dari asam urat yang mengumpul dan menyebabkan radang sendi, demikian hasil penelitian para ahli Senin kemarin.


“Asupan vitamin C mungkin bisa menjadi pilihan berguna untuk mencegah asam urat, “ kata Dr. Hyon Choi mewakili para koleganya di University of British Columbia di Vancouver di laporan tertulisnya dalam Archives of Internal Medicine. Pengidap asam urat umumnya dalah pria berusia 40 tahun keatas, meski dalam beberapa kasus juga menyerang perempuan.


Gout bisa mengakibatkan kerusakan sendi permanen. Berbagai perilaku yang dihubungkan dengan penyakit ini diantaranya kecanduan alkohol, obesitas, tekanan darah tinggi, dan terlalu banyak konsumsi daging dan keju. Dalam pengamatan terhadap 47 ribu orang pria Amerika Serikat dari tahun 1986 sampai 2006, terbukti tiap 500 miligram pertambahan vitamin C tiap hari, menghasilkan 17 persen penurunan risiko gout.


Satu butir jeruk memiliki 70 miligram vitamin C. Konsentrasi yang paling banyak ada pada suplemen vitamin C dalam bentuk pil. Dantara para pria yang diteliti yang mengkonsumsi 1500 mg suplemen vitamin C tiap hari, risiko goutnya lebih rendah hingga 45 persen, dibanding yang mengkonsumsi kurang dari 250 miligram sehari. (Reuters)

- 10 Maret 2009


Sumber :

http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/03/10/brk,20090310-163932,id.html

17 September 2009

Sumber Gambar:

http://www.becomehealthynow.com/glossary/images/vitc_bh.jpg

Kurang Vitamin C Bisa Ompong?

Kata periodontal berarti "sekitar gigi". Karena itu, penyakit periodontal berarti penyakit pada jaringan di sekitar gigi, yaitu infeksi bakteri yang mengenai gusi dan tulang yang menyokong gigi.

Penyakit ini dapat menjadi serius jika tidak ditangani, bahkan dapat menyebabkan tanggalnya gigi.

Penyakit periodontal berhubungan dengan usia. Anak-anak cenderung bebas dari penyakit ini walaupun terdapat plak gigi, namun selama pubertas terdapat peningkatan kerentanan terhadap penyakit ini. Hal ini terbukti lewat fakta lebih dari 65 persen remaja Amerika yang menderita penyakit ini. Demikian pula lebih dari 65 persen dewasa Amerika memiliki kantung gusi akibat penyakit ini.

Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri yang berada di dalam plak. Namun, terdapat faktor-faktor lain yang juga memengaruhinya, antara lain: merokok, genetik, kehamilan dan pubertas, stres, konsumsi obat-obatan (contohnya: steroid, kontrasepsi oral, obat epilepsi, dan obat-obat jantung tertentu), memakai kawat gigi, kencing manis, gizi buruk, serta penyakit yang mengganggu sistem kekebalan tubuh (contohnya AIDS).

Ada banyak bentuk penyakit periodontal. Jenis yang paling sering adalah gingivitis. Pada gingivitis, warna gusi menjadi merah, bengkak, sakit dan mudah berdarah. Terkadang terjadi bau napas tidak sedap serta rasa pahit di mulut. Gingivitis ini mulanya disebabkan oleh plak pada gigi. Gingivitis dapat sembuh sempurna dengan penanganan profesional serta perawatan gigi dan mulut yang baik, namun jika tidak ditangani dapat berlanjut menjadi periodontitis.

Pada periodontitis, plak telah menyebar ke bagian dalam gusi sehingga terjadi peradangan yang mengakibatkan hilangnya perlekatan gigi dan gusi. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya kantung gusi.

Kantung gusi ini mempermudah terjadinya infeksi kuman dan lama-kelamaan dapat terbentuk nanah di dalamnya. Kantung ini dapat menjadi semakin dalam dan menyebabkan kerusakan tulang gigi yang kemudian akan menyebabkan gigi goyah dan tanggal. Penderita periodontitis biasanya merasa giginya menjadi lebih sensitif ketika makan makanan panas atau dingin.

Penyakit periodontal ini dapat dicegah dengan cara menjaga kesehatan mulut, yaitu menggosok gigi minimal 2 kali sehari, mengganti sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan, menggunakan pasta gigi yang menggunakan fluoride, menggunakan dental floss untuk membersihkan plak, menggunakan obat kumur, mengonsumsi makanan secara seimbang dan menghindari makan terlalu manis.

Jika telah terjadi penyakit ini, sebaiknya dilakukan perawatan oleh profesional. Terapi yang akan dilakukan oleh dokter gigi dapat berupa terapi nonbedah ataupun bedah.

Terapi nonbedah dilakukan jika kerusakan yang terjadi belum parah, yaitu dapat dilakukan dengan scaling (pembersihan karang gigi), pemberian antibiotik, pemberian obat kumur, dan anjuran untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Terapi bedah dilakukan jika kerusakan sudah parah dan tidak bisa ditangani dengan cara nonbedah.

Prosedur bedah yang biasa dilakukan antara lain reduksi kantung gigi (pocket reduction procedure), pemanjangan mahkota (crown lengthening), soft tissue grafts, gingival grafts, prosedur flap gingival, gingivectomy, serta Guided Tissue Regeneration/Bone Augmentation. Jika penderita telah kehilangan giginya akibat penyakit periodontal, maka dapat diterapi dengan implan gigi (dental implants).

Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang diperlukan untuk proses tumbuh kembang normal. Tubuh manusia tidak memiliki kemampuan untuk menyintesis vitamin C, karena itu diperlukan asupan dari luar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Vitamin C banyak ditemukan pada buah-buahan seperti jeruk, anggur, lemon, pepaya, dan stroberi. Sayuran yang juga mengandung vitamin C antara lain tomat, brokoli, paprika hijau dan merah, selada, dan sayuran hijau lainnya.

Vitamin C dibutuhkan untuk berbagai proses biokimia dalam tubuh, antara lain, membentuk dan menjaga integritas kolagen yang merupakan pembentuk struktur jaringan tubuh (kulit, tulang, gigi, pembuluh darah, tulang rawan, dan otot). Selain itu, vitamin C memiliki fungsi antioksidan, yaitu melindungi sel dari kerusakan oleh radikal bebas. Vitamin C juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh, yaitu dengan menstimulasi produksi sel darah putih serta mendorong produksi antibodi dan interferon yang memberikan perlindungan terhadap virus dan sel kanker.

Selain itu, vitamin C juga berkontribusi terhadap pertahanan tubuh dengan fungsinya sebagai pembentuk kolagen yang merupakan penyusun kulit pada permukaan tubuh. Kulit ini berperan sebagai pertahanan pertama terhadap invasi benda asing. Vitamin C juga memiliki peran penting pada berbagai fungsi biokimia lainnya, yaitu pembentukan asam amino karnitin dan katekolamin, serta membantu tubuh untuk menyerap zat besi dan memecah histamin yang merupakan komponen radang pada reaksi alergi.

Selama beberapa tahun, terdapat kontroversi akan keamanan vitamin C. Namun, kebanyakan pendapat ini tidak berdasar.

Hatchcock J dalam Safety of Vitamin and Mineral Supplements menyatakan bahwa vitamin C memiliki kadar toksisitas yang rendah karena, bila tidak, tentu sudah banyak terjadi intoksikasi. Walaupun konsumsi yang berlebih mungkin menyebabkan efek samping pada beberapa individu, beberapa laporan dalam penelitian yang luas menunjukkan efek samping yang sangat kecil.

Vitamin C dan periodontal

Vitamin C sejak lama dipercaya dapat mencegah penyakit scurvy. Dalam hal ini, kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit scurvy. Akan tetapi, kekurangan vitamin C tidak secara langsung menyebabkan penyakit periodontal. Hanya saja konsumsi vitamin C yang cukup dapat mengurangi risiko terkena dan membantu penyembuhan penyakit ini.

Kurangnya konsumsi vitamin C berhubungan dengan gangguan pembentukan kolagen, padahal kolagen penting untuk memelihara integritas elemen penempelan gigi dan gusi. Selain itu, kolagen juga berperan sebagai pertahanan terhadap toksin bakteri dalam plak gigi sehingga tidak masuk ke pembuluh darah dalam gusi.

Suatu studi in vitro mengungkapkan bahwa kalsium askorbat yang mengandung metabolit vitamin C meningkatkan produksi protein kolagen hingga 85 persen dan turut meningkatkan mineralisasi jaringan.

Penelitian oleh Pussinen PJ dkk (2003) menemukan adanya pengaruh kadar vitamin C dalam darah terhadap tingginya kadar antibodi terhadap bakteri penyebab tersering periodontitis, yaitu Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin C penting dalam memacu sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri, yaitu dengan membentuk antibodi.

Selain membentuk antibodi, vitamin C juga dapat merangsang pembentukan sel darah putih dan memiliki sifat kemotaktik, yaitu memanggil sel-sel darah putih ke daerah radang untuk melawan kuman yang masuk. Vitamin C juga akan menimbulkan lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan P gingivalis. Dengan demikian, jika kadar vitamin C rendah maka kolonisasi P gingivalis akan meningkat sehingga penyembuhan jaringan periodontal terhambat.

Pada studi lainnya pada komunitas lanjut usia di Jepang tahun 2005 didapatkan hasil konsentrasi vitamin C serum berhubungan terbalik dengan hilangnya perlekatan gigi dengan gusi. Didapatkan kejadian kehilangan perlekatan ini lebih besar empat persen pada subyek dengan kadar vitamin C serum yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan kadar vitamin C serum memiliki hubungan dengan kejadian periodontitis pada populasi usia lanjut.

Pada sebuah studi lainnya di Jerman tahun 2005, kadar vitamin C darah pada penderita periodontitis kronik lebih rendah dibandingkan individu yang sehat. Kadar yang paling rendah ditemukan pada penderita yang juga merokok. Studi ini juga mengungkapkan terjadinya peningkatan kadar serum vitamin C dan perbaikan gejala pada penderita periodontitis kronik setelah mengonsumsi grapefruit yang mengandung vitamin C kadar tinggi selama dua minggu.

Hubungan vitamin C dengan kelainan periodontal juga ditemukan pada survei besar pada tahun 2000 yang melibatkan 12.419 subyek. Didapatkan hubungan antara rendahnya konsumsi vitamin C dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit periodontal.

Orang yang mengonsumsi 100-179 mg vitamin C per hari memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit periodontal daripada orang yang mengonsumsi hanya 0-29 mg vitamin C per hari. Namun, tidak terdapat penurunan risiko lebih lanjut jika dosis vitamin C yang dikonsumsi lebih dari 180 mg per hari.

Dari berbagai penelitian di atas disimpulkan bahwa kurangnya konsumsi vitamin C dapat meningkatkan risiko penyakit periodontal, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tanggalnya gigi. Karena itu, penting bagi kita untuk mengonsumsi vitamin C dalam kadar yang cukup. Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. ****



Sumber :

Risha Ayuningtyas, Rinadewi A, Rony Mario, dan Rossy Agus M Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kompas.com, dalam :

http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=513&Itemid=1

17 September 2009

Vitamin B Atasi Masalah Pencernaan

ANDA sering diare dan berat badan terus berkurang? Segeralah periksa ke dokter. Mungkin saja Anda mengalami penyakit celiac. Penyakitceliac merupakan penyakit gangguan pencernaan yang bisa merusak usus halus dan mengganggu penyerapan nutrisi dari makanan.

Penderita penyakit ini tidak bisa mentoleransi gluten, sejenis protein yang terdapat pada gandum atau terigu, gandum hitam dan jelai. Gluten ini biasanya sering ditemukan pada berbagai jenis makanan. Selain itu juga ada pada obat-obatan, vitamin
dan pelembab bibir.

Penyakit pencernaan ini, bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Biasanya ditandai dengan sering diare dan penurunan berat badan yang ekstrim. Akan tetapi, Anda tidak perlu cemas. Penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti dari Belanda menemukan cara penyembuhan yang cukup sederhana. Anda hanya perlu menambah asupan suplemen vitamin B. Tentu saja dengan arahan dari dokter.

Menurut dr. Muhammed Hadithi dari VU Medical Center, Amsterdam, beserta teman-temannya, penyakit celiac meningkatkan risiko kekurangan folat dan vitamin B12. Kekurangan kedua kandungan ini akan mengakibatkan produksi homocysteine, sejenis asam amino, yang berlebihan. Kelebihan jenis asam amino ini akan menyebabkan penyakit pembuluh darah.

Dalam studinya yang dipublikasikan di the World Journal of Gastroenterology, mereka meneliti dampak suplemen vitamin B6, folat dan vitamin B12 (dengan diet bebas gluten) terhadap kadar homocysteine. Mereka melibatkan 51 orang dewasa penderita
penyakit celiac dan 50 orang dewasa sehat yang berperan sebagai kelompok pengontrol. Pasien celiac berusia rata-rata 56 tahun dan 40% diantaranya laki-laki.

Sebanyak 25 pasien (49%) menggunakan suplemen vitamin B. Dosis harian untuk vitamin B6 sebanyak 1-6 miligram, folat sebanyak 100-400 mikrogram, dan vitamin B12 sebanyak 0.5-18 mikrogram.

Sebagaimana diharapkan, pasien celiac yang mengkonsumsi suplemen vitamin B secara signifikan mempunyai kadar vitamin B6, folat dan vitamin B12 yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien celiac yang tidak menggunakan suplemen vitamin B serta
orang sehat dalam kelompok pengontrol.

Selain itu, pasien celiac yang menggunakan suplemen vitamin B juga mempunyai kadar homocysteine total yang lebih rendah (7.1 µmol/L) dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan suplemen (11.0 µmol/L) dan kelompok sehat pengontrol (9.7 µmol/L).

Suplemen vitamin B, terang mereka, bisa menormalkan status B6, folat dan B12 serta kadar homocysteine total. Walaupun keuntungan dalam menurunkan kadar homocysteine masih diperdebatkan, para peneliti mengingatkan untuk menghindari penggunaan suplemen vitamin B dalam jangka waktu yang lama."Pasien celiac harus melakukan monitoring rutin dan melakukan pengobatan standar dengan penggunaan suplemen vitamin B dosis sedang," tegas mereka.

Pentingnya Vitamin C untuk Elastisitas Kulit

Meski terkenal sebagai vitamin yang mampu memberikan energi tambahan untuk tubuh, ternyata vitamin C memiliki nilai tambah. Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air dan dikenal dengan nama lain asam askorbat.

Manfaatnya yang lain adalah membantu penyerapan zat besi, sebagai antioksidan, meningkatkan pembuangan feses, dan mencegah gusi berdarah. Penelitian di Massachusetts Technology Institute menyebutkan bahwa vitamin C juga berfungsi menangkal racun penyebab kanker di dalam tubuh kita.

Sumber terbaik vitamin C banyak didapat dari buah-buahan berwarna kuning atau yang rasanya asam. Misalnya, jeruk, tomat, arbei, strawberry. Juga ada di dalam sayur-sayuran seperti asparagus dan kol. Sumber hewaninya adalah susu, mentega, kentang, ikan, dan hati.

Asupan yang dianjurkan tergantung gaya hidup yang kita lakukan sehari-hari. Contohnya, seorang perokok memerlukan asupan vitamin ini lebih banyak dari yang bukan perokok. Pasalnya, kandungan racun di dalam rokok dapat menurunkan kadar vitamin C di dalam darah sebanyak 25 persen. Secara umum, asupan yang dianjurkan aadlah 75-2.000 mg per hari, sesuai kebutuhan. Segenggam buah blueberry segar mengandung kurang lebih 30 mg vitamin C.

Namun, wanita yang sedang hamil tidak boleh mengasup vitamin C lebih dari 5.000 mg per hari. Jika dikonsumsi berlebihan, janin bisa ketergantungan vitamin C. Informasi ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oregon Health & Science University.

- 13 Agustus 2009


Sumber :

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=44756:-pentingnya-vitamin-c-untuk-elastisitas-kulit&catid=28:kesehatan&Itemid=48

17 September 2009

Vitamin

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah "vitamin" sebenarnya sudah tidak tepat untuk dipakai tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata latin vita yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atomnitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom N.

Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan memperlancar proses metabolisme tubuh, dan tidak berfungsi menghasilkan energi. Vitamin terlibat dalam proses enzimatik. Tubuh memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan mengakibatkan terganggunya metabolisme di dalam tubuh kita karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kondisi kekurang vitamin disebut avitaminosis.

Pada umumnya vitamin tidak dapat dibuat sendiri oleh hewan (atau manusia) karena mereka tidak memiliki enzim untuk membentuknya, sehingga harus dipasok dari makanan. Akan tetapi, ada beberapa vitamin yang dapat dibuat dari zat-zat tertentu (disebut provitamin) di dalam tubuh. Contoh vitamin yang mempunyai provitamin adalah vitamin D. Provitamin D banyak terdapat di jaringan bawah kulit. Vitamin lain yang disintetis di dalam tubuh adalah vitamin K dan vitamin B12. Kedua macam vitamin tersebut disintetis di dalam usus oleh bakteri.

Bedasarkan kelarutannya vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh.

Berikut adalah senyawa-senyawa yang tergolong vitamin alami.


Sumber :
17 September 2009

Vitamin F ??

Vitamin F ?? sangat jarang kita mendengar kata ini. Yang sering kita dengar adalah vitamin B dan vitamin C. Namun demikian ternyata vitamin F memiliki manfaat yang tak kalah besar dibandingkan dengan vitamin lainnya lho! Apa sebenarnya Vitamin F ini ??

Dari bahan bacaan yang saya tahu, Vitamin F terdiri dari dua jenis asam lemak yaitu asam linoleat (Linoleic acid/LA) dan asam alfa-linoleat (Alpha-linoleic acid/LNA). Kedua vitamin ini diperlukan tubuh selama masa pertumbuhan, menjaga kesehatan membran sel, mengefektifkan sistem kekebalan tubuh, dan menyeimbangkan sistem hormoral. Selain itu vitamin F juga bisa menjaga kecantikan kulit, kuku, dan rambut.

Vitamin F banyak terkandung di dalam biji-bijian (biji bunga matahari, wijen), kacang-kacangan (walnut, almond, pecan), dan padi-padian (havermut, beras merah, sereal), terutama yang tidak terlalu banyak mengalami proses pengolahan secara kimia.
Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat.

Sumber :
Karmini
17 September 2009

ISPA dan Vitamin A

Di Indonesia, Jumlah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sangat tinggi dan selalu menempati urutan teratas dari 10 penyakit terbanyak. Kematian balita akibat penyakit ISPA juga berada pada peringkat teratas. Salah satu solusi pengobatan ISPA ini adalah konsumsi Vitamin A. Pada artikel ini akan dibahas tentang pengaruh Vitamin A terhadap kesembuhan ISPA.

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi pustaka. Teori yang digunakan adalah pendapat Almatsier (2006) bahwa Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang datang secara mendadak serta menimbulkan kegawatan atau kematian. ISPA akan semakin berbahaya jika diderita oleh anak-anak. Selama bertahun-tahun ISPA merupakan masalah kesehatan anak dan penyumbang terbesar penyebab kematian balita (Said, 2006). Jumlah tiap tahunnya kejadian ISPA di Indonesia 150.000 kasus atau seorang balita meninggal tiap 5 menitnya. Penelitian Myrnawati juga menemukan bahwa 20-30% kematian balita disebabkan oleh ISPA.

Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan rikcetsia. Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara pernapasan. Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam (Depkes RI, 2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi Vitamin A.

Vitamin A adalah zat gizi yang penting dan tidak dapat disintesa tubuh sehingga perlu di penuhi dari luar melalui makanan atau tablet. Vitamin A esensial untuk kesehatan dan kelangsungan hidup karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Almatsier, 2006). Pada keadaan menderita ISPA, suplai Vitamin A dalam hati cepat terkuras. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan pada jaringan epitel paru-paru sehingga mudah mengalami keratinisasi. Keadaan ini lah yang mudah dimasuki oleh kuman penyebab ISPA. Untuk mengembalikannya ke kondisi normal maka perlu konsumsi zat gizi terutama Vitamin A.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa suplai Vitamin A dapat menurunkan 23% angka kmatian akibat ISPA (Agus, 2000). Perbedaan kematian antara anak yang kekurangan dengan yang tidak kekurangan Vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2006).

ISPA merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang jumlah kejadiannya cukup tinggi di Indonesia terutama pada Balita. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA adalah defisiensi Vitamin A. Menurut berbagai penelitian suplementasi Vitamin A merupakan solusi kesembuhan ISPA karena salah satu khasiat Vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti ISPA.

Oleh karena itu, diharapkan pada orang tua yang memiliki Balita untuk terus menjaga asupan gizi balitanya terutama asupan Vitamin A yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan balitanya.

Kepustakaan
Said, M. 2006. Pneumonia Penyebab Utama Mortalitas Anak Balita. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Myrnawati. 2003. Penelitian Kualitas Tatalaksana Kasus ISPA. Jakarta: Disertasi IKM
Depkes RI. 2006. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi. Jakarta: Depkes RI
Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakrta: PT Gramedia Pustaka Utama
Agus, Z. 2000. Vitamin-Vitamin Untuk Tumbuh dalam http://www.indomedia.com diakses 12 agustus 2007